Senin, 15 Juli 2013

MAKALAH SINUSITIS


KATA PENGANTAR

Puji syukur kiata panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah kasus ini. Di dalam makalah kasus ini penulis sudah berupaya semampunya, namun apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi isimaupun bahasanya, penulis mengharapkan adanya masukan maupun saran perbaikan dan kesempurnaan makalah kasus ini. Dalam hal ini penulis mengambil judul penyakit “sinusitis”.

penulis makalah kasus ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, baik moral maupun material dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam makalah kasus ini.

akhirnya penulis berserah diri kepada tuhan yang maha esa, semoga ilmu yang diperoleh berguna bagi nusa, bangsa dan agama.


                                                                                                tebing tinggi, 27  juni 2013



                                                                                                            penulis










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I              : PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
2.      Rumusan masalah
3.      Tujuan penulisan
4.      Manfaat penulisan
BAB II             : TINJAUAN TEORITIS
A.     Definisi
B.     Etiologi
C.     Tanda dan gejala penyakit
D.     Patofisiologis
E.      Diagnosa keperawatan
F.      Perencanaan keperawatan
G.     Pengobatan sinusitis
H.     Cara mencegah sinusitis
BAB III            : PEMBAHASAN
BAB IV           : PENUTUP
A.     KESIMPULAN
B.     SARAN
DAFTAR PUSTAKA









Makalah penyakit sinusitis


  BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang.
Sebagian besar infeksi virus penyebab pilek seperti common cold dapat menyebabkan suatu sumbatan pada hidung, yang akan hilang dalam beberapa hari. Namun jika terjadi peradangan pada sinusnya dapat muncul gejala lainnya seperti    Infeksi sinus seperti yang kita ketahui kini lebih jarang dibandingkan era pra-antibiotik.. Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga udara yang terdapat pada bagian padat dari tulang tenggkorak di sekitar wajah, yang berfungsi untuk memperingan tulang tenggkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Rasa sakit di bagian dahi, pipi, hidung atau daerang diantara mata terkadang dibarengi dengan demam, sakit kepala, sakit gigi atau bahan kepekaan indra penciuman kita merupaan salah satu gejala sinusitis. Terkadang karena gejala yang kita rasakan tidak spesifik, kita salah mengartikan gejala-gejala tersebut dengan penyakit lain sehingga membuat penyakit sinusitis yang diderita berkembang tanpa diobati. Untuk lebih mengenal lagi tetang sinusitis dan pengobatannya, berikut uraiannya.


B.     Rumusan Masalah
  Apa yang dimaksud dengan Penyakit Sinusitis…?
  Bagai mana Etiologi dari penyakit Sinusitis …?
  Bagai mana Klasifikasi dari penyakit Sinusitis …?
  Bagai mana manifestasi Klinik dari Sinusitis …?
  Sepertia apa Tingkatan sdadium dari penyakit Sinusitis..?
  Bagai mana diagnose keperawatan dari penyakit Sinusitis …?
  Bagai Mana Bentuk Asuhan Keperawatan Dari penyakit Sinusitis...?

C.      Tujuan Penulisan.
Tujuan dari penulisan/ Penyusunan makalah ini, supaya Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Sinusitis.

D.     Manfaat Penulisan 

Semoga makalah ini dapat menyumbangkan sedikit pengetahuan kepada mahasiswa ,dan mampu memberikan sedikit gambaran tentang beberapa  model penerapan asuhan keperawatan yang ada di rumah sakit.





















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.     Pengertian.
Sinusitis  akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah penyakit yang terjadi di daerah sinus. Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.  Sinus itu sendiri adalah rogga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung.
Fungsi dari rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga pertukaran udara di daeranh hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis yaitu :
  Sinus Frontal, terletak di atas meja dibagian tengah dari masing-masing alis
  Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat di sampig hisung
  Sinus Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung
  Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan di belakang mata
Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia. Fungsi cilia ini adalah untuk mendorong lender yang diproduksi didalam sinus menuju kesaluran parnafasan. Gerakan cilia mendorong lender ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organism yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap di rongga sinus dan menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Jadi sinusitis terjadi apabila terjadi peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap dirongga sinus dan menadi tempat tumbuhya bekteri.
Sinusitas sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
  Sinusitas Akut : gejala dirasakan selama 2-8 minggu
  Sinusitas Kronis : biasanya gejala dirasakan lebih dari 8 minggu.


B.     Etiologi (Penyebab)
Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).
*       Penyebab sinusitis akut:
*        Infeksi virus.
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya pilek).
  Bakteri.
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
  Infeksi jamur.
Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut.
Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur. Peradangan menahun pada saluran hidung. Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya pada penderita rinitis vasomotor.
Penyakit tertentu.Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).
*       
*       Penyebab sinusitis kronis:
*        Asma
  Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
  Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.

C.      Tanda dan Gejala Penyakit
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
  Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala.
  Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
  Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
  Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Gejala lainnya adalah:
    - tidak enak badan
    - demam
    - letih, lesu
    - batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari
    - hidung meler atau hidung tersumbat.
Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar sinus. Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau. Sinusitis & Gangguan Sistem Kekebalan Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol atau penderita gangguan sistem kekebalan, jamur bisa menyebabkan sinusitis yang berat dan bahkan berakibat fatal. Mukormikosis (fikomikosis) adalah suatu infeksi jamur yang bisa terjadi pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Pada rongga hidung terdapat jaringan mati yang berwarna hitam dan menyumbat aliran darah ke otak sehingga terjadi gejala-gejala neurologis (misalnya sakit kepala dan kebutaan). Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap jaringan yang mati tersebut. Pengobatannya meliputi pengendalian diabetes dan pemberian obat anti-jamur amfoterisin B secara intravena (melalui pembuluh darah).
Aspergillosis dan kandidiasis merupakan infeksi jamur pada sinus yang bisa berakibat fatal pada penderita gangguan sistem kekebalan akibat terapi anti-kanker atau penyakit (misalnya leukemia, limfoma, mieloma multipel atau AIDS). Pada aspergillosis, di dalam hidung dan sinus terbentuk polip. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap polip. Pengobatannya berupa pembedahan sinus dan pemberian amfoterisin B intravena.



D.     Patofisiologi  Dan Penyimpangan KDM
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

E.      Diagnosa Keperawatan
Sinusitis sebagian besar sudah dapat didiagnosa hanya berdasarkan pada riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan disekitar mata dan dahi.
Untuk penetapan diagnose sinusitis, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan berikut :
o   mencari adanya polip dihidung
o   menyinari rongga sinus dengan cahaya (transiluminasi) utuk melihat adanya gv perdagangan
o   mengetuk rongga sinus utuk melihat adanya infeksi
o   melihat kedalam rongga sinus melalui pemeriksaan fiberoptik (disebut juga m  dengan endoscopy). Hali ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis THT.
Jika anak menderita sinusitis kronis atau yang berulang (sering kambuh) maka tes-tes berikut perlu juga dilakukan :
o   Tes alergi
o   Tes HIV atau es untuk melihat rendahnya fungsi imun
o   Tes untuk melihat fungsi cilia
a.       Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
b.      Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi)
c.       Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental
d.      Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung
e.       Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus
f.        Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

F.      Perencanaan Keperawatan Dan Rasional
a.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
         Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
         Klien tidak menyeringai kesakitan.
Intervensi :
  Kaji tingkat nyeri klien
R/: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
R/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
  Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
  Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
R/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
  Kolaborasi dengan tim medis :
  Terapi konservatif : Obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung ,Drainase sinus
  Pembedahan :
Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris
Operasi Cadwell Luc
R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

b.     Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria hasil:
         Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
         Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi :
  Kaji tingkat kecemasan klien
R/: Menentukan tindakan selanjutnya
Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :  
Temani klien
Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien)
R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan

R/:Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
Observasi tanda-tanda vital
R/: Mengetahui perkembangan klien secara dini.
Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis
R/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien

c.      Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan
Kriteria hasil :
         Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
         Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi :
  Kaji penumpukan secret yang ada
R/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
       Observasi tanda-tanda vital
R/: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
        Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret
R/: Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah

G.     Pengobatan Sinusitis
Untuk sinusitis yang disebabkan oleh karena virus maka tidak diperlukan pemberian antibiotika. Obat yang biasa diberikan untuk sinusitis virus adalah penghilang rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan. Curiga telah terjadi sinusitis infeksi oleh bakteri bila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan menggunakan antibiotika. Pemilihan antibiotika berdasarkan jenis bakteri yang paling sering menyerang sinus karena untuk mendapatkan antibiotika yang benar benar pas harus menunggu hasil dari biakan kuman yang memakan waktu lama. Lima jenis bakteri yang paling sering menginfeksi sinus adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes. Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa pilihan antiobiotika antara lain amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cotrimoxazole. Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 10 sampai 14 hari. Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat membantu untuk melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus kasus yang khronis, dapat dipertimbangkan melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.
Pengobatan lain yang bisa dilakukan :
      Suntikan alergi
      Menghindari mencetus alergi
      Semprotan hidung yang mengandung kortikosteroid untukmembantu mengurangi bengkak di rongga sinus, terutama karena adanya olip ataupun alergi

Antibiotik dapat diberikan apabila terjadi hal-hal berikut ini :
      Anak dengan kondisi pilek biasaya disertai dengan batuk yang tidak kunjung membaik setelah 2-3 minggu
      Demam dengan suhu tubuh lebih dari 390 C
      Adanya bengkak yang parah di area sekitar mata
      Sakit kelapa atau sakit di  daerah wajah

H.    Cara Mencegah Sinusitis
Yang paling mudah, jangan sampai terkena infeksi saluran nafas. Rajin-rajin cuci tangan karena tindakan sederhana ini terbukti efektif dalam mengurangi risiko tertular penyakit saluran pernafasan. Selain itu, sedapat mungkin menghindari kontak erat dengan mereka yang sedang terkena batuk pilek.
Bila anda memakai AC, sering-seringlah membersihkan penyaringnya agar debu, jamur dan berbagai substansi yang mungkin dapat mencetuskan alergi dapat dikurangi (walau tak mungkin dihilangkan seluruhnya). Demikian juga dengan karpet dan sofa.
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan cukup istirahat dan konsumsi makanan dan minuman yang memiliki nilai nutrisi baik. Selain itu, jangan lupa untuk minum air dalam jumlah yang cukup. Kegiatan minum ini seringkali dilupakan orang padahal air yang sehat merupakan salah satu sumber utama kesehatan tubuh kita.
Berolahraga yang teratur, khususnya setelah waktu subuh di mana udara pagi saat itu masih jernih dan bersih. Perbanyak menghirup udara bersih, dengan cara menghirup dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Hal ini sangat bermanfaat selain untuk menguatkan paru-paru juga untuk mengisi daerah sinus dengan oksigen. Sehingga daerah-daerah sinus menjadi lebih bersih dan kebal terhadap berbagai infeksi dan bakteri.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah segera kunjungi dokter bila terdapat gejala-gejala yang mungkin merupakan gejala sinusitis. Diagnosa dan pengobatan secara dini dan tepat akan mempercepat kesembuhan penyakit yang diderita.


























BAB III
P E N U T U P

A.     Kesimpulan
Sinusitis adalah penyakit yang terjadi di daerah sinus. Sinus itu sendiri adalah rogga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga pertukaran udara di daeranh hidung.
Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis yaitu :
a.       - Sinus Frontal, terletak di atas meja dibagian tengah dari masing-masing alis
b.      - Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat di sampig hisung
c.       - Sinus Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung
d.      - Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan di belakang mata
Sinusitis akut dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan rongga sinus akibat infeksi atau tindakan bedah. Sedangkan sinusitis subakut biasanya disebakan oleh infeksi atau tidakan bedah. Sedangkan sinusitis kronis biasanya di sebabkan oleh infeksi bakteri. Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe besar yaitu berdasarkan lamanya penyakit (akut, subakut, khronis) dan berdasarkan jenis peradangan yang terjadi (infeksi dan non infeksi). Disebut sinusitis akut bila lamanya penyakit kurang dari 30 hari. Sinusitis subakut bila lamanya penyakit antara 1 bulan sampai 3 bulan, sedangkan sinusitis khronis bila penyakit diderita lebih dari 3 bulan. Sinusitis subakut dan khronis sering merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat.

1.     Saran
Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang Sinusitis, supaya semua mahasiswi dapat memahami Sinusitis dan mengetahui bagaimana Sinusitis bagi manusia, baik ciri-ciri, cara pengobatan, klasifikasi, maupun cara pencegahannya. Perbanyak Berolahraga yang teratur, khususnya setelah waktu subuh di mana udara pagi saat itu masih jernih dan bersih. Perbanyak menghirup udara bersih, dengan cara menghirup dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Hal ini sangat bermanfaat selain untuk menguatkan paru-paru juga untuk mengisi daerah sinus dengan oksigen. Sehingga daerah-daerah sinus menjadi lebih bersih dan kebal terhadap berbagai infeksi dan bakteri






























DAFTAR PUSTAKA
Sitorus Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah SakitPanduan Implementasi,. EGC, Jakarta
Ratna Sitorus, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit,. EGC, Jakarta
Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
Damayanti dan Endang, Sinus Paranasal, dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor. Buku      Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2002, 115 – 119.
Endang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2002, 121 – 125.
Peter A. Hilger, MD, Penyakit Sinus Paranasalis, dalam : Haryono, Kuswidayanti, editor, BOIES, buku ajar Penyakit THT, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, 1997, 241 – 258.
Ballenger. J. J., infeksi Sinus Paranasal, dalam : Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok Kepala dan Leher, ed 13 (1), Binaputra Aksara, jakarta, 1994, 232 – 241.
Cody. R et all, Sinusitis,dalam Andrianto P, editor, Penyakit telinga Hidung dan Tenggorokan, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1993, 229 – 241.

1 komentar: