KATA
PENGANTAR
Puji syukur kiata
panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas rahmat dan karunianya,
penulis dapat menyelesaikan makalah kasus ini. Di dalam makalah kasus ini
penulis sudah berupaya semampunya, namun apabila ada kekurangan dan kesalahan
baik dari segi isimaupun bahasanya, penulis mengharapkan adanya masukan maupun
saran perbaikan dan kesempurnaan makalah kasus ini. Dalam hal ini penulis
mengambil judul penyakit “sinusitis”.
penulis makalah
kasus ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, baik moral maupun material dan
dukungan dari berbagai pihak, maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam
makalah kasus ini.
akhirnya penulis
berserah diri kepada tuhan yang maha esa, semoga ilmu yang diperoleh berguna
bagi nusa, bangsa dan agama.
tebing
tinggi, 27 juni 2013
penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I :
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
2.
Rumusan masalah
3.
Tujuan penulisan
4.
Manfaat penulisan
BAB II :
TINJAUAN TEORITIS
A.
Definisi
B.
Etiologi
C.
Tanda dan gejala penyakit
D.
Patofisiologis
E.
Diagnosa keperawatan
F.
Perencanaan keperawatan
G.
Pengobatan sinusitis
H.
Cara mencegah sinusitis
BAB III :
PEMBAHASAN
BAB IV :
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Makalah penyakit sinusitis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.
Sebagian besar infeksi
virus penyebab pilek seperti common cold dapat menyebabkan suatu sumbatan pada
hidung, yang akan hilang dalam beberapa hari. Namun jika terjadi peradangan
pada sinusnya dapat muncul gejala lainnya
seperti Infeksi sinus seperti yang kita ketahui kini
lebih jarang dibandingkan era pra-antibiotik.. Sinus atau sering pula disebut
dengan sinus paranasalis adalah rongga udara yang terdapat pada bagian padat
dari tulang tenggkorak di sekitar wajah, yang berfungsi untuk memperingan
tulang tenggkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Rasa sakit
di bagian dahi, pipi, hidung atau daerang diantara mata terkadang dibarengi
dengan demam, sakit kepala, sakit gigi atau bahan kepekaan indra penciuman kita
merupaan salah satu gejala sinusitis. Terkadang karena gejala yang kita rasakan
tidak spesifik, kita salah mengartikan gejala-gejala tersebut dengan penyakit
lain sehingga membuat penyakit sinusitis yang diderita berkembang tanpa
diobati. Untuk lebih mengenal lagi tetang sinusitis dan pengobatannya, berikut
uraiannya.
B. Rumusan
Masalah
Apa yang dimaksud dengan
Penyakit Sinusitis…?
Bagai mana Etiologi dari
penyakit Sinusitis …?
Bagai mana Klasifikasi dari
penyakit Sinusitis …?
Bagai mana manifestasi Klinik
dari Sinusitis …?
Sepertia apa Tingkatan sdadium
dari penyakit Sinusitis..?
Bagai mana diagnose keperawatan
dari penyakit Sinusitis …?
Bagai Mana Bentuk Asuhan
Keperawatan Dari penyakit Sinusitis...?
C. Tujuan
Penulisan.
Tujuan dari penulisan/
Penyusunan makalah ini, supaya Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian,
etiologi, klasifikasi, stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Sinusitis.
D. Manfaat
Penulisan
Semoga makalah ini dapat
menyumbangkan sedikit pengetahuan kepada mahasiswa ,dan mampu memberikan
sedikit gambaran tentang beberapa model penerapan asuhan keperawatan
yang ada di rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian.
Sinusitis akhiran
umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu
sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah penyakit
yang terjadi di daerah sinus. Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi
sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus. Sinus itu sendiri
adalah rogga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung.
Fungsi dari rongga sinus
sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga pertukaran udara di
daeranh hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis yaitu :
Sinus Frontal, terletak di atas meja dibagian
tengah dari masing-masing alis
Sinus
Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat di sampig hisung
Sinus
Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung
Sinus
Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan di belakang mata
Didalam rongga sinus
terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia.
Fungsi cilia ini adalah untuk mendorong lender yang diproduksi didalam sinus
menuju kesaluran parnafasan. Gerakan cilia mendorong lender ini berguna untuk
membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organism yang mungkin ada.
Ketika lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap di rongga
sinus dan menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Jadi sinusitis terjadi apabila
terjadi peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender
terperangkap dirongga sinus dan menadi tempat tumbuhya bekteri.
Sinusitas sendiri dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu :
Sinusitas Akut :
gejala dirasakan selama 2-8 minggu
Sinusitas Kronis :
biasanya gejala dirasakan lebih dari 8 minggu.
B. Etiologi
(Penyebab)
Sinusitis bisa bersifat
akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung
selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun).
Penyebab sinusitis
akut:
Infeksi
virus.
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu
infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya pilek).
Bakteri.
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa
jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh
menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus
lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan
menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
Infeksi
jamur.
Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan
sinusitis akut.
Aspergillus merupakan jamur yang bisa
menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada
orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap
jamur. Peradangan menahun pada saluran hidung. Pada penderita rinitis alergika
bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya pada penderita rinitis
vasomotor.
Penyakit tertentu.Sinusitis
akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan
penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).
Penyebab sinusitis
kronis:
Asma
Penyakit
alergi (misalnya rinitis alergika)
Gangguan
sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.
C. Tanda
dan Gejala Penyakit
Gejala khas dari kelainan
pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada pagi
hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan
dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang
timbul berdasarkan sinus yang terkena:
Sinusitis
maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit
kepala.
Sinusitis
frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
Sinusitis
etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala
di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran
hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
Sinusitis
sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa
dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang
menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Gejala lainnya adalah:
-
tidak enak badan
-
demam
-
letih, lesu
-
batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari
-
hidung meler atau hidung tersumbat.
Demam dan menggigil
menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar sinus. Selaput lendir hidung
tampak merah dan membengkak, dari hidung mungkin keluar nanah berwarna kuning
atau hijau. Sinusitis & Gangguan Sistem Kekebalan Pada penderita diabetes
yang tidak terkontrol atau penderita gangguan sistem kekebalan, jamur bisa
menyebabkan sinusitis yang berat dan bahkan berakibat fatal. Mukormikosis
(fikomikosis) adalah suatu infeksi jamur yang bisa terjadi pada penderita
diabetes yang tidak terkontrol. Pada rongga hidung terdapat jaringan mati yang
berwarna hitam dan menyumbat aliran darah ke otak sehingga terjadi
gejala-gejala neurologis (misalnya sakit kepala dan kebutaan). Diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap jaringan yang
mati tersebut. Pengobatannya meliputi pengendalian diabetes dan pemberian obat
anti-jamur amfoterisin B secara intravena (melalui pembuluh darah).
Aspergillosis dan
kandidiasis merupakan infeksi jamur pada sinus yang bisa berakibat fatal pada
penderita gangguan sistem kekebalan akibat terapi anti-kanker atau penyakit
(misalnya leukemia, limfoma, mieloma multipel atau AIDS). Pada aspergillosis,
di dalam hidung dan sinus terbentuk polip. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan terhadap polip. Pengobatannya berupa pembedahan sinus dan
pemberian amfoterisin B intravena.
D. Patofisiologi Dan
Penyimpangan KDM
Kesehatan sinus dipengaruhi
oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam
komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi
antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang
masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang
membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling
bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan
tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus
yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek
awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis
non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret
yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan
multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut
sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi
inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri
anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari
mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.
E. Diagnosa
Keperawatan
Sinusitis sebagian besar
sudah dapat didiagnosa hanya berdasarkan pada riwayat keluhan pasien serta
pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan
adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang mirip nanah,
serta pembengkakan disekitar mata dan dahi.
Untuk penetapan diagnose
sinusitis, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan berikut :
o mencari adanya polip
dihidung
o menyinari rongga sinus
dengan cahaya (transiluminasi) utuk melihat adanya gv perdagangan
o mengetuk rongga sinus utuk
melihat adanya infeksi
o melihat kedalam rongga
sinus melalui pemeriksaan fiberoptik (disebut juga m dengan
endoscopy). Hali ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis THT.
Jika anak menderita
sinusitis kronis atau yang berulang (sering kambuh) maka tes-tes berikut perlu
juga dilakukan :
o Tes alergi
o Tes HIV atau es untuk
melihat rendahnya fungsi imun
o Tes untuk melihat fungsi
cilia
a. Nyeri
: kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
b. Cemas
berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis(irigasi sinus/operasi)
c. Ketidakefektifan
jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental
d. Gangguan
istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan
hidung
e. Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun
sekunder dari peradangan sinus
f. Gangguan
konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek
F. Perencanaan
Keperawatan Dan Rasional
a. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
Tujuan : Nyeri klien
berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Klien
mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
Klien
tidak menyeringai kesakitan.
Intervensi :
Kaji tingkat nyeri klien
R/:
Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
Jelaskan
sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
R/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan
klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn
relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
Observasi tanda tanda vital dan
keluhan klien
R/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan
kondisi klien.
Kolaborasi dengan tim medis :
Terapi konservatif : Obat
Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung ,Drainase sinus
Pembedahan :
Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris
Operasi Cadwell Luc
R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri
klien
b. Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis (irigasi/operasi)
Tujuan : Cemas klien
berkurang/hilang
Kriteria hasil:
Klien
akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
Klien
mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien
R/: Menentukan tindakan
selanjutnya
Berikan kenyamanan dan
ketentaman pada klien :
Temani klien
Perlihatkan rasa empati(datang dengan
menyentuh klien)
R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap
informasi yang diberikan
Berikan penjelasan pada
klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat
yang jelas, singkat mudah dimengerti
R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang
penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
Singkirkan stimulasi yang
berlebihan misalnya :
Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
Batasi kontak dengan orang lain /klien lain
yang kemungkinan mengalami kecemasan
R/:Dengan menghilangkan stimulus yang
mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
Observasi
tanda-tanda vital
R/: Mengetahui perkembangan klien secara
dini.
Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis
R/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan
klien
c. Jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung)
sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret
(seous, purulen) dikeluarkan
Kriteria hasil :
Klien
tidak bernafas lagi melalui mulut
Jalan
nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi :
Kaji penumpukan secret yang ada
R/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan
selanjutnya
Observasi
tanda-tanda vital
R/: Mengetahui perkembangan klien sebelum
dilakukan operasi
Koaborasi
dengan tim medis untuk pembersihan sekret
R/: Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan
secret/masalah
G. Pengobatan
Sinusitis
Untuk sinusitis yang
disebabkan oleh karena virus maka tidak diperlukan pemberian antibiotika. Obat
yang biasa diberikan untuk sinusitis virus adalah penghilang rasa nyeri seperti
parasetamol dan dekongestan. Curiga telah terjadi sinusitis infeksi oleh
bakteri bila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala
yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan
menggunakan antibiotika. Pemilihan antibiotika berdasarkan jenis bakteri yang
paling sering menyerang sinus karena untuk mendapatkan antibiotika yang benar
benar pas harus menunggu hasil dari biakan kuman yang memakan waktu lama. Lima
jenis bakteri yang paling sering menginfeksi sinus adalah Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus
aureus, dan Streptococcus pyogenes. Antibiotika yang dipilih harus dapat
membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa pilihan antiobiotika antara lain
amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cotrimoxazole. Jika tidak terdapat
perbaikan dalam lima hari maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan
amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 10
sampai 14 hari. Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat membantu untuk
melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus kasus yang khronis, dapat
dipertimbangkan melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.
Pengobatan lain yang bisa
dilakukan :
Suntikan
alergi
Menghindari
mencetus alergi
Semprotan
hidung yang mengandung kortikosteroid untukmembantu mengurangi bengkak di
rongga sinus, terutama karena adanya olip ataupun alergi
Antibiotik dapat diberikan
apabila terjadi hal-hal berikut ini :
Anak
dengan kondisi pilek biasaya disertai dengan batuk yang tidak kunjung membaik
setelah 2-3 minggu
Demam
dengan suhu tubuh lebih dari 390 C
Adanya
bengkak yang parah di area sekitar mata
Sakit
kelapa atau sakit di daerah wajah
H. Cara
Mencegah Sinusitis
Yang paling mudah, jangan
sampai terkena infeksi saluran nafas. Rajin-rajin cuci tangan karena tindakan
sederhana ini terbukti efektif dalam mengurangi risiko tertular penyakit
saluran pernafasan. Selain itu, sedapat mungkin menghindari kontak erat dengan
mereka yang sedang terkena batuk pilek.
Bila anda memakai AC,
sering-seringlah membersihkan penyaringnya agar debu, jamur dan berbagai
substansi yang mungkin dapat mencetuskan alergi dapat dikurangi (walau tak
mungkin dihilangkan seluruhnya). Demikian juga dengan karpet dan sofa.
Tingkatkan daya tahan tubuh
dengan cukup istirahat dan konsumsi makanan dan minuman yang memiliki nilai
nutrisi baik. Selain itu, jangan lupa untuk minum air dalam jumlah yang cukup.
Kegiatan minum ini seringkali dilupakan orang padahal air yang sehat merupakan
salah satu sumber utama kesehatan tubuh kita.
Berolahraga yang teratur,
khususnya setelah waktu subuh di mana udara pagi saat itu masih jernih dan
bersih. Perbanyak menghirup udara bersih, dengan cara menghirup dan
mengeluarkannya perlahan-lahan. Hal ini sangat bermanfaat selain untuk
menguatkan paru-paru juga untuk mengisi daerah sinus dengan oksigen. Sehingga
daerah-daerah sinus menjadi lebih bersih dan kebal terhadap berbagai infeksi dan
bakteri.
Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah segera kunjungi dokter bila terdapat gejala-gejala yang
mungkin merupakan gejala sinusitis. Diagnosa dan pengobatan secara dini dan
tepat akan mempercepat kesembuhan penyakit yang diderita.
BAB
III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Sinusitis adalah penyakit
yang terjadi di daerah sinus. Sinus itu sendiri adalah rogga udara yang
terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus
sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga pertukaran udara di
daeranh hidung.
Rongga sinus sendiri
terdiri dari 4 jenis yaitu :
a. -
Sinus Frontal, terletak di atas meja dibagian tengah dari masing-masing alis
b. - Sinus
Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat di sampig hisung
c. -
Sinus Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung
d. - Sinus
Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan di belakang mata
Sinusitis
akut dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan rongga sinus akibat infeksi atau
tindakan bedah. Sedangkan sinusitis subakut biasanya disebakan oleh infeksi
atau tidakan bedah. Sedangkan sinusitis kronis biasanya di sebabkan oleh
infeksi bakteri. Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe besar yaitu
berdasarkan lamanya penyakit (akut, subakut, khronis) dan berdasarkan jenis
peradangan yang terjadi (infeksi dan non infeksi). Disebut sinusitis akut bila
lamanya penyakit kurang dari 30 hari. Sinusitis subakut bila lamanya penyakit
antara 1 bulan sampai 3 bulan, sedangkan sinusitis khronis bila penyakit
diderita lebih dari 3 bulan. Sinusitis subakut dan khronis sering merupakan
lanjutan dari sinusitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat.
1. Saran
Dalam Makalah ini terdapat
penjelasan tentang Sinusitis, supaya semua mahasiswi dapat memahami Sinusitis
dan mengetahui bagaimana Sinusitis bagi manusia, baik ciri-ciri, cara
pengobatan, klasifikasi, maupun cara pencegahannya. Perbanyak Berolahraga yang
teratur, khususnya setelah waktu subuh di mana udara pagi saat itu masih jernih
dan bersih. Perbanyak menghirup udara bersih, dengan cara menghirup dan
mengeluarkannya perlahan-lahan. Hal ini sangat bermanfaat selain untuk
menguatkan paru-paru juga untuk mengisi daerah sinus dengan oksigen. Sehingga
daerah-daerah sinus menjadi lebih bersih dan kebal terhadap berbagai infeksi
dan bakteri
DAFTAR PUSTAKA
Sitorus Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah
SakitPanduan Implementasi,. EGC, Jakarta
Ratna Sitorus, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit,. EGC, Jakarta
Doenges, M. G.
Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Lab. UPF Ilmu
Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi
Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya
Prasetyo B, Ilmu
Penyakit THT, EGC Jakarta
Damayanti dan
Endang, Sinus Paranasal, dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor.
Buku Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan
Leher, ed. 5, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2002, 115 – 119.
Endang
Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Balai Penerbit
FK UI, Jakarta, 2002, 121 – 125.
Peter A. Hilger,
MD, Penyakit Sinus Paranasalis, dalam : Haryono, Kuswidayanti, editor, BOIES,
buku ajar Penyakit THT, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, 1997, 241 – 258.
Ballenger. J. J.,
infeksi Sinus Paranasal, dalam : Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok Kepala
dan Leher, ed 13 (1), Binaputra Aksara, jakarta, 1994, 232 – 241.
Cody. R et all,
Sinusitis,dalam Andrianto P, editor, Penyakit telinga Hidung dan Tenggorokan,
Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1993, 229 – 241.
izin ngutip makalah ini ya kak
BalasHapus